May 28, 2016

Mitos Keliru Para Suami

Anak-sholeh.com - Menjadi suami gampang-gampang susah. Dikatakan gampang, karena begitu usai ijab qabul, seorang laki-laki  secara otomatis menjadi suami bagi istrinya. Dikatakan susah, karena ternyata tidak sediikit yang gagal menjadi suami yang baik baik istrinya.
Jika kita telusur, apa sebenarnya yang menjadi penyebab gagalnya seseorang menjadi suami. Pasti jawabannya tidak sedikit dan beraneka ragam. Namun, adanya mitos-mitos salah para suami bisa dipastikan ikut menjadi penyebab gagalnya seorang menjadi suami. Mitos apa sajakah gerangan?
Iwan Januar, dalam buku kecilnya yang berjudul Sukses Jadi Suami & Ayah terbitan Al Azhar Press, tahun 2009 hal 9-12 menjelaskan bahwa banyak pria yang melakukan kesalahan yang berulang sebagai suami dan ayah. Kesalah-kesalahan itu bahkan sudah menjadi pandangan umum dan diyakini sebagai kebenaran. Ada 4 mitos keliru yang berkembang di tengah para suami, yaitu:
1. Keharusan tampil menarik itu hanya bagi istri, tidak bagi suami. Ini bisa jadi karena mubaligh lebih sering membahas keutamaan istri solehah, sehingga terbentuk opini di kalangan para suami bahwa berdandan atau tampil menarik itu adalah tugas istri semata. Akhirnya para suami sering menuntut istri-istri mereka untuk berhias, tapi mereka sendiri mengabaikan hal tersebut. Banyak pria yang kurang memperhatikan penampilan saat bercengkrama dengan pasangan. Tidak sedikit istri yang mendadak ilfil (ilang filing) lantaran bau badan dan mulut suami. Belum lagi rambut yang berantakan.

Apa yang disampaikan Iwan Januar tersebut benar adanya. Bahkan mitos tersebut ternyata juga hadir dalam benak para Istri. Ini saya buktikan sendiri. Ketika pas hari libur dan kosong dari jadwal kegiatan. Usai mandi pagi, saya berdandan dan berpakaian paling rapi, dengan baju panjang yang dilipat sampai lengan –sesuai dengan kesukaan istri, itri saya langgsung bertanya “Mau kemana Bi?” Begitu saya jawab “Nggak kemana-mana, mau menemani istri di rumah” Istri saya langsung tersipu-sipu malu. Ehem…ehem.
2. Istri senang jika suaminya sukses dan kaya raya. Banyak para pria beranggapan bahwa keluarga akan bangga dan bahagia saat dirinya sukses berkarir, penghasilan berlimpah, atau dapat berdakwah di banyak tempat dan banyak waktu. Mereka lupa bahwa istri dan anak-anak juga membutuhkan figur suami dan ayah, dan butuh kehangatan. Lagi pula itu merupakan kewajiban yang diatur oleh hukum syara.
3. Pekerjaan rumah tangga adalah kewajiban istri, bukan suami. Pekerjaan seorang istri bisa jadi lebih berat dibandingkan tugas para suami di kantor atau di pabrik. Pekerjaan di rumah tangga nyaris berjalan sehari semalam, tiada henti. Namun ironinya, banyak pria yang menyerahkan sepenuhnya pekerjaan rumah tangga – termasuk pengasuhan anak – pada istri-istri mereka. Malah ada yang hanya mau tahu beres begitu suami tiba di rumah. Bahkan ada juga yang bisa berlaku kasar pada istri jika dianggap tak becus mengurus rumah tangga. Tidak dipungkiri ada yan beranggapan demikian terhadap istri.
Apa yang dilakukan oleh Rosulullah dengan menjahit pakaiannya yang sobek atau membetulkan terompahnya yang rusak dan apa yang dilakukan oleh para sahabat cukup untuk membantah salahnya mitos tersebut.
4. Bermesraan dengan istri harus selalu berhubungan intimSebagian besar pria berpandangan bahwa bercengkrama atau bermesraan dengan istri itu harus diakhiri dengan persetubuhan. Padahal tidak mesti demikian. Seorang istri sudah merasa berbahagia jika bisa bercakap-cakap, bercerita kegiatan di rumah bersama anak-anak, atau cukup dengan sentuhan dan cumbuan ringan.
Cukuplah dua riwayat yang diangkat dalam buku kecil tersebut menjadi penjelas akan batilnya mitos tersebut.
Segala perbuatan yang tidak disertai mengingat Allah adalah permainan dan sia-sia kecuali empat perkara; suami bercengkarama bersama istrinya …” (HR. An Nasa’iy)
Sesungguhnya seorang suami yang memandang istrinya dan istrinya memandangnya, maka Allah akan memandang dua insan tersebut dengan pandangan rahmat. Dan jika suami memegang telapak tangan istrinya dengan maksud mencumbunya atau menjima’nya, maka dosa-dosa kedua insan itu akan berjatuhan di sela-sela jarinya.” (HR. Maisarah bin Ali dan Imam Rafi’i dari Abu Sa’id Al Khudri)
Semoga kita terbebas dari keempat mitos tersebut. Allahua’lam bi showab. [] Mabsus Abu Fatih.
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment