Ibu Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga yang saya hormati, saya seorang ibu dari satu putra yang sekarang berumur 2,5 tahun. Akhir-akhir ini dia mulai sering berbicara kasar dan berulang-ulang. Saya menjadi sangat khawatir. Bagaimana cara untuk menghadapi dan mengatasinya agar kebiasaan itu hilang. Jazakillah untuk sarannya.
Wassalaamu'alaikum Wr.Wb.
Ibunda yang baik,
Insya Allah saya bisa memahami kekhawatiran Anda. Sebelum mencoba mengatasi atau menghilangkan perilaku kasar anak, cobalah cari tahu dulu sebabnya. Ada sejumlah faktor yang dapat mempe-ngaruhi timbulnya kebiasaan buruk tersebut, salah satunya adalah lingkungan. Anda mungkin tidak menyadari bahwa perilakunya yang kasar bisa diadaptasi dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Dalam hal ini pola asuh sangat berpengaruh pada tingkat emosi seorang anak dan bagaimana ia bersikap. Dan Anda sebagai orang tua merupakan panutan baginya. Dari Andalah untuk pertama kalinya ia mempelajari dan mencontoh perilaku. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam bersikap dan bertindak kepada siapapun, baik kepada anggota keluarga ataupun orang lain. Jangan sampai Anda kecolongan sehingga si kecil melihat dan meniru berprilaku Anda yang mungkin tanpa Anda sadari kasar terhadap orang lain. Selain keluarga, perilaku anak juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar. Baik lingkungan di sekitar rumah (teman sebayanya) ataupun di sekolah (jika anak sudah bersekolah). Cobalah Anda cari tahu, dengan siapa anak Anda bermain. Seperti apa teman-temannya, dan apa saja yang dibicarakan mereka. Sekali waktu ikutlah bermain bersama mereka.
Ibunda yang baik,
Satu hal lagi yang juga sangat mempengaruhi anak dalam berperilaku adalah media. Beberapa jenis media seperti televisi dan komputer ikut mempengaruhi perkembangan si kecil. Bentuk kekerasan serta kata cacian dan makian yang muncul dalam berbagai tayangan televisi dan media lainnya dapat memperkaya kosa kata dan perilaku buruk si kecil. Banyak penelitian menunjukkan televisi memang memiliki banyak pengaruh baik negatif maupun positif. Misalnya penelitian yang dilakukan Liebert dan Baron, menunjukkan hasil: anak yang menonton program televisi yang menampilkan adegan kekerasan memiliki keinginan lebih untuk berbuat kekerasan terhadap anak lain, dibandingkan dengan anak yang menonton program netral (tidak mengandung unsur kekerasan). Dalam benak banyak orang dewasa, film-film kartun dan film-film robot dianggap merupakan film anak-anak dan cocok dikonsumsi oleh mereka karena format penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan anak-anak. Tapi ternyata tidak semua film-film tersebut cocok dikonsumsi anak-anak. Contohnya Tom and Jerry, Crayon Sinchan, Power Ranger dan lain-lain yang cukup populer di Indonesia, sebenarnya tidak cocok untuk anak-anak, karena banyak adegan kekerasan, bercerita dalam bahasa yang kasar dan tingkah laku urakan. Hal ini sudah menunjukkan standard ganda yang diberikan orang tua kepada anak. Adegan kekerasan dalam film dewasa tidak boleh ditonton, tetapi adegan kekerasan dalam film anak-anak boleh ditonton. Sesuai dengan perkembangan-nya, maka masa anak-anak adalah masa melakukan peniruan. Lepas dari itu, bagaimana efek sebuah media dapat memberikan efek yang tajam dari tayangan kekerasan terhadap penontonnya, antara lain karena media memudahkan orang untuk mempelajari "cara-cara baru" kekerasan yang kemungkinan besar tidak terpikirkan sebelumnya.
Ibunda yang baik,
Anak kecil belajar banyak hal dengan melakukan proses peniruan. Untuk itu, berikan si kecil contoh perilaku dan bersikap yang baik agar ia dapat menirunya. Mulailah dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Ajak si kecil berbicara dari hati ke hati tentang perilakunya yang kasar. Tanamkan padanya bahwa berbicara kasar atau mengumpat bukanlah hal yang baik dan patut dilakukan. Ingatkan padanya terus-menerus dengan cara yang halus dan lembut tanpa harus memarahi dan menghakiminya. Karena biasanya, seusia anak Anda belum mengerti apa makna dan arti kata-kata kasar yang diucapkannya. Beri pengertian dan persetujuan mengenai apa yang akan diterima dan menjadi konsekuen-sinya jika ia masih berkata kasar. Dan jangan lupa, berikan pujian atau penghargaan jika ia berhasil mengontrol emosinya dan tidak mengeluarkan kata-kata kasar saat ia sedang marah. Demikian ibunda, semoga si kecil menjadi anak yang shalih yang membanggakan kedua orang tuanya.[]
Sumber: mediaumat.com (05 Mei 2010)