![]() |
January 14, 2017
Pengakuan Jujur Pemikir Barat tentang Rosulullah SAW
January 13, 2017
Suami Terbaik Menurut RasuluLlah
Lantas, seperti apakah suami yang terbaik itu? Berikut penjelasan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam.
Pertama, Suami terbaik adalah RosuluLlah dan yang mencontoh RosuluLlah SAW
Telah bersabda RasuluLlah saw, [Khoirukum
khoirukum li ahlihi wa anâ khoirukum] artinya “Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya. Dan saya adalah orang yang
paling baik terhadap istri.” (HR. Thabrani, Tirmidzi [Shahih])
Jadi, suami terbaik adalah suami
yang meniru Rosulullah SAW dalam berumah tangga. Di sinilah perlunya para suami
untuk mempelajari perilaku Rosulullah SAW dalam berumah tangga. Baik melalui kajian
hadits, kajian Siroh Nabawiyah maupun kajian Islam lainnya. Sulit rasanya ingin menjadi suami yang
terbaik, sementara dia sendiri tidak pernah mendalami bagaimana sang suami terbaik sejati –yaitu RosuluLlah SAW- memperlakukan istri-istri beliau
dalam kehidupan rumah tangga.
Kedua, Suami Terbaik Tidak menghinakan Istri.
Suami yang terbaik adalah suami
yang tidak menghinakan istri. Dalam kehidupan rumah tangga, yang namanya
permasalahan pasti akan dialami oleh siapapun. Dalam kondisi suami mengalami
masalah dengan istri tidak sepatutnya kemudian menghinakan istri baik dengan
perkataan maupun perbuatan. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallalhu
‘alaihi wa sallam: [Mâ akroma annisâa illâ karîmun wa mâ ahânahunna illâ
laîmun] artinya “Tidaklah memuliakan perempuan kecuali orang yang
mulia, dan tidaklah menghinakan perempuan kecuali orang yang keji” (HR Ibnu
Asakir)
Kedua hal ini setidaknya yang harus dimiliki oleh mereka yang mendamba predikat sebagai suami terbaik. Tentu predikat di hadapan Allah SWT.
Semoga kita diberi kemudahan oleh
Allah SWT untuk menjadi suami yang baik bagi istri kita.
Aamîn Yâ Robal Âlamîn. []Mabsus AF
Aamîn Yâ Robal Âlamîn. []Mabsus AF
January 12, 2017
Agar Nasehat Orang Tua Berpengaruh Pada Anak
Sebagai
orang tua, tentulah kita menginginkan anak-anak kita menjadi pribadi
yang baik dikemudian hari. Menginginkan mereka menjadi anak yang
berbakti kepada orang tua, juga taat dan patuh pada aturan agama. Hal
ini tentu tidak secara spontan terjadi begitu saja, ada peran kita
selaku orang tua dalam membentuk kepribadian anak-anak kita. Kitalah
yang bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kepada anak kita
dikemudian hari.
Oleh
karenanya para orang tua mesti memperhatikan perilakunya dihadapan
anak. Karena, bagi anak-anak kita orang tua mereka adalah sosok yang
ditauladani. Mereka cenderung melakukan apa yang mereka lihat dari
sikap kita dihadapan mereka dibanding dengan ucapan yang keluar dari
lisan kita. Dr Muhammad Muhammad Badri dalam bukunya ‘Sentuhan Jiwa
Untuk Anak Kita’ mengatakan;
January 3, 2017
Inilah Teguran Untuk Khalifah Harun Ar-Rasyid
oleh : Mustaqim Abu Jihad
Anak adalah anugerah.
Kehadirannya laksana buah yang dinanti pada saat musim panen tiba. Alangkah
indahnya hidup berkeluarga ketika Allah Ta’ala memberikan amanah berupa buah
hati yang tumbuh ditengah-tengah kita. Namun, ketika Allah Ta’ala sudah
memberikannya terkadang kita lalai dalam membersamai buah hati kita. Kita
justru lebih sering tersibukan dengan kerjaan diluar sana dan mengabaikan kerja
kebaikan dalam rumah tangga.
Seringnya, anak-anak kita hanya
mendapatkan jatah sisa dari waktu yang kita punya. Seringnya, anak-anak kita
hanya dianggap sebagai pelengkap dalam keluarga, bukan pokok utama yang mesti
disemai dengan cinta dan kasih sayang. Lelah, menjadi alasan klasik untuk para
orangtua enggan membersamai anaknya ketika di rumah. Letih, kadang menjadi
hambatan orang tua untuk mendengarkan celoteh buah hatinya.