January 14, 2017

Pengakuan Jujur Pemikir Barat tentang Rosulullah SAW


Seorang Filosof Inggris, George Bernard Shaw[1] sebagaimana dikutip oleh  Hisyam Muhammad Sa’id Barghisy[2] dalam bukunya Manusia Teragung Sepanjang Masa Muhammad SAW[3] yang bersumber pada buku Hadharah al-Arab karangan Gustave Le Bon menyatakan, “Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, berkali-kali dan berkali-kali, dan aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak luhur yang semestinya, dan aku sangat berharap Islam menjadi jalan bagi dunia”

January 13, 2017

Suami Terbaik Menurut RasuluLlah

Suami terbaik merupakan predikat yang ingin diraih setiap suami. Hal ini dikarenakan Rosulullah SAW pernah besabda, [Akmalu al-mu’minîna îmânan akhsanuhum khuluqon, wa Khiyârukum khiyârukum li nisâihim] artinya “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya. (HR Tirmidzi, Abu Daud [Hasan Shahih]).

Lantas, seperti apakah suami yang terbaik itu? Berikut penjelasan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

Pertama, Suami terbaik adalah RosuluLlah dan yang mencontoh RosuluLlah SAW

Telah bersabda RasuluLlah saw, [Khoirukum khoirukum li ahlihi wa anâ khoirukum] artinya “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri.” (HR. Thabrani, Tirmidzi [Shahih])

Jadi, suami terbaik adalah suami yang meniru Rosulullah SAW dalam berumah tangga. Di sinilah perlunya para suami untuk mempelajari perilaku Rosulullah SAW dalam berumah tangga. Baik melalui kajian hadits, kajian Siroh Nabawiyah maupun kajian Islam lainnya. Sulit rasanya ingin menjadi suami yang terbaik, sementara dia sendiri tidak pernah mendalami bagaimana sang suami terbaik sejati –yaitu RosuluLlah SAW- memperlakukan istri-istri beliau dalam kehidupan rumah tangga.

Kedua, Suami Terbaik Tidak menghinakan Istri.

Suami yang terbaik adalah suami yang tidak menghinakan istri. Dalam kehidupan rumah tangga, yang namanya permasalahan pasti akan dialami oleh siapapun. Dalam kondisi suami mengalami masalah dengan istri tidak sepatutnya kemudian menghinakan istri baik dengan perkataan maupun perbuatan. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallalhu ‘alaihi wa sallam: [Mâ akroma annisâa illâ karîmun wa mâ ahânahunna illâ laîmun] artinya “Tidaklah memuliakan perempuan kecuali orang yang mulia, dan tidaklah menghinakan perempuan kecuali orang yang keji” (HR Ibnu Asakir)

Kedua hal ini setidaknya yang harus dimiliki oleh mereka yang mendamba predikat sebagai suami terbaik. Tentu predikat di hadapan Allah SWT.

Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk menjadi suami yang baik bagi istri kita.

Aamîn Yâ Robal Âlamîn. []Mabsus AF

January 12, 2017

Agar Nasehat Orang Tua Berpengaruh Pada Anak

Sebagai orang tua, tentulah kita menginginkan anak-anak kita menjadi pribadi yang baik dikemudian hari. Menginginkan mereka menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, juga taat dan patuh pada aturan agama. Hal ini tentu tidak secara spontan terjadi begitu saja, ada peran kita selaku orang tua dalam membentuk kepribadian anak-anak kita. Kitalah yang bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kepada anak kita dikemudian hari.
Oleh karenanya para orang tua mesti memperhatikan perilakunya dihadapan anak. Karena, bagi anak-anak kita orang tua mereka adalah sosok yang ditauladani. Mereka cenderung melakukan apa yang mereka lihat dari sikap kita dihadapan mereka dibanding dengan ucapan yang keluar dari lisan kita. Dr Muhammad Muhammad Badri dalam bukunya ‘Sentuhan Jiwa Untuk Anak Kita’ mengatakan;

January 3, 2017

Inilah Teguran Untuk Khalifah Harun Ar-Rasyid

oleh : Mustaqim Abu Jihad

Anak adalah anugerah. Kehadirannya laksana buah yang dinanti pada saat musim panen tiba. Alangkah indahnya hidup berkeluarga ketika Allah Ta’ala memberikan amanah berupa buah hati yang tumbuh ditengah-tengah kita. Namun, ketika Allah Ta’ala sudah memberikannya terkadang kita lalai dalam membersamai buah hati kita. Kita justru lebih sering tersibukan dengan kerjaan diluar sana dan mengabaikan kerja kebaikan dalam rumah tangga.
Seringnya, anak-anak kita hanya mendapatkan jatah sisa dari waktu yang kita punya. Seringnya, anak-anak kita hanya dianggap sebagai pelengkap dalam keluarga, bukan pokok utama yang mesti disemai dengan cinta dan kasih sayang. Lelah, menjadi alasan klasik untuk para orangtua enggan membersamai anaknya ketika di rumah. Letih, kadang menjadi hambatan orang tua untuk mendengarkan celoteh buah hatinya.