Ibnul Qayyim dalam Kelengkapan Tarikh Rasulullah (terjemah dari Jaami’u
as-siiroh) menyatakan “Semua ulama sepakat bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam dilahirkan di kota Makkah dan Kelahirannya terjadi pada tahun gajah.”
[1]
Ibnu Hisyam dalam sirohnya menyebutkan, “Ibnu Ishaq berkata, bahwa
Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam berkata kepadaku bahwa Ziyad bin
Abdullah Al-Bakkal berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq al-Muththalibi yang
berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada hari Senin,
tanggal 12 Rabiul Awwal, tahun gajah”[2]
Prof. Dr.
Muh. Rawwas Qal’ahji
secara singkat menyatakan “RasuluLlah saw. Lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul
Awal tahun Gajah.”[3]
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Hadza al-Habib Muhammad
Rasulullah Ya Muhibb menyatakan “Pada tahun Gajah, bulan Rabi’ al-Awwal
atau dikenal denggan Rabi’ul Anwar, malam Senin tanggal 12, terbitlah fajar
kenabian Muhammad. Itulah pendapat yang disepakati oleh para sejarawan tentang
kelahiran yang penuh berkah tersebut.”[4]
Sedikit berbeda dengan ulama-ulama di atas, Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah (Judul asli: ar-Rohiiqul
makhtuum) menyatakan “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan
di tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah pada Senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul
Awwal, permulaan tahun dari peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah
kekuasaan Kisra Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan
April tahun 571 M. Berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman
Al-Manshurfury dan peneliti astronomi Mahmud Basya.”[5]
Bahkan Muhammad
Husain Haekal menghimpun beberapa pendapat yang lebih beragam mengenai
kapan RosuluLlah dilahirkan. Dalam bukunya, Sejarah Hidup Muhammad (terjemah
dari Hayat Muhammad) beliau menyatakan “Terdapat perbedaan pendapat di
kalangan sejarawan. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah (570 Masehi).
Ibnu Abbas juga mengetakan ia dilahirkan pada Tahun Gajah itu. Yang lain berpendapat
kelahirannya lima belas tahun sebelum peristiwa tersebut. Selanjutnya ada yang
mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa
tahun sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga
yang memperkirakan sampai tujuh puluh tahun kemudian setelah itu.
Sebagian Buku Siroh Nabawiyyah |
Perbedaan
itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan. Satu pendapat mengatakan pada malam
kedua Rabiul Awal, atau malam kedelapan, atau kesembilan. Tetapi pada umumnya
mereka mengatakan ia lahir pada tanggal dua belas Rabiul Awal. Ini adalah
pendapa Ibn Ishaq dan yang lain.” [6]
Syaikh Muhammad Husain Haekal sendiri sepertinya memilih pendapat
bahwa Rosulullah dilahirkan pada tahun Gajah (570 Masehi). Ini bisa dilihat
dalam silsilah Nabi beserta perkiraan tahun kelahiran yang dimuat pada bukunya tersebut
(hal. 47).
Mengenai perbedaan pendapat di kalangan Ulama tersebut,
nampaknya yang disampaikan oleh Dr. Akram Dhiya’ Al-Umuri dalam Shahih
Sirah Nabawiyah (terj dari Al-Siiroh al-Nabawiyah al-Shohiihah) bisa
menjadi jawaban. Beliau menyatakan “Riwayat yang shahih menerangkan bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir pada hari senin. Dan Riwayat yang paling
kuat yang sampai pada kita menyebutkan bahwa beliau lahir pada tahun gajah”[7]
Dalam catatan kaki hal. 94 buku karangan Dr. Akram Dhiya’
Al-Umuri tersebut dijelaskan bahwa bahwa RosuluLlah pada hari senin bersumber
pada Shahih Muslim 8:52, Abu Dawud dalam sunannya 2:808-809, Ahmad dalam
Al-Musnad 5:29,299. Adapun berkaitan dengan tahun gajah, beliau menyebutkan keterangan
berikut “Al-Hakim, al-Mustadrak 2:603 dengan sanad yang sampai pada Ibnu
Abbas dan di dalamnya ada tadlis Abu Ishaq As-Siba’i, ia meriwayatkan hadits
dengan menggunakan lafal “dari”, Ibnu Hisyam, As-Sirah 2:155 dengan sanad yang
sampai pada Qais bin Makramah dan di dalamnya ada hadits serupa untuk
menguatkan riwayatnya, dan ini ada yang serupa dan mengikutinya, dua riwayat di
atas saling menguatkan dan bisa naik ke derajat hasan lighairihi.”
Dr. Akram Dhiya al-Umuri juga menyatakan bahwa riwayat yang
menyebutkan bahwa Rosulullah lahir 10 tahun atau 23 tahun atau 40 tahun setelah
peristiwa gajah riwayatnya bertolak belakang dan pada sanadnya terdapat ‘Illat.
Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa pendapat sebagian
besar ulama yang menyebutkan RosuluLlah lahir pada tahun gajah diperkuat dengan
beberapa kajian dan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti, baik dari
kalangan muslim atau orientalis yang menganggap bahwa tahun gajah bertepatan
dengan tahun 570 dan 571. [8]
Mengenai tanggal, hari dan bulan kelahiran, Dr. Akram
menyampaikan “Para pakar sejarah berbeda pendapat mengenai tanggal, hari,
dan bulan kelahiran beliau SAW. Ibnu Ishaq berpendapat bahwa beliau SAW
dilahirkan pada malam hari tanggal 12 Rabi’ul Awal, sementara Al-Waqidi
berpendapat bahwa beliau SAW dilahirkan pada tanggal 10 Rabi’ul Awal. Abu Ma’syar
As-Sindi berpendapat bahwa Beliau SAW dilahirkan pada tanggal 2 Rabi’ul Awal.
Di antara tiga pendapat tersebut, pendapat Ibnu Ishaq-lah yang paling kuat.”
Dengan membaca referensi tersebut di atas. Nampaknya pendapat
yang mengatakan bahwa Rosulullah lahir pada hari Senin, 12 Robi’ul Awwal tahun
gajah atau bertepatan dengan tahun 570 / 571 Masehi adalah pendapat yang kuat
dan bisa dipertanggungjawabkan. Bagaimana dengan pembaca yang mulia. Setuju dengan
tulisan saya? Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menambah kecintaan kita
kehadirat RosuluLlah Muhammad SAW. Aamiin ya Robbal ‘aalamiin
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad
Tangerang, Waktu Dhuha,
12 Robiul Awwal 1437 H
12 Robiul Awwal 1437 H
Mabsus Abu Fatih
Catatan Kaki:
[1]
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Kelengkapan Tarikh Rasulullah, (Jakarta, Pustaka
al-Kautsar, 2012). Hal. 15.
[2]
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1, hal. 131 tebitan Darul Falah, (Jakarta,
Darul Falah, 2005.
[3]
Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan
RasuluLlah saw, Al-Azhar Press, 2007. Hal. 18
[4]
Oleh Qisthi Press – Jakarta, buku tersebut diterbitkan dengan judul “May
Beloved Prophet; Teladan Sepanjang Zaman”. Lihat hal. 71 versi terjemah.
[5]
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta,
Pustaka al-kautsar, 2012). Hal. 45.
[6]
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Cetakan ke-39 (Jakarta,
Litera AntarNusa, 2010). Hal. 51.
[7]
Dr. Akram Dhiya’ Al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah, (Jakarta, Pustaka Sunnah, 2015)
Hal. 94.
[8]
Dr. Akram Dhiya’ Al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah hal. 95 bersumber pada Jawwad
Ali, al-Mufashshal Fi Tarikh al-‘Arab Qablal Islam 9:443, 478.