Bagi mereka yang sangat mendamba pasangan hidup
namun belum kunjung juga menikah, menanti jodoh merupakan hal yang menyesakkan hati.
Apalagi pada saat yang sama teman dan kenalan yang usianya dibawahnya telah mendahului dalam mendapatkan jodoh. Belum lagi undangan
nikah silih berganti datang kerumah sementara kita sendiri tidak tahu kapan giliran memberikan undangan untuk orang lain.
Sebagai wujud kepedulian terhadap
ikhtiyar pembaca dalam mencari jodoh. Dengan berbekal sedikit referensi dan
sedikit pengalaman yang penulis dimiliki, berikut 10 langkah yang bisa
dilakukan dalam menjemput jodoh.
Pertama :
Evaluasi Motivasi Menikah. Setiap orang yang
ingin menikah tentu memiliki motivasi yang berbeda-beda. Ada yang
sekedar untuk merubah status dari jomblo menjadi belum menikah. Eh
Maaf, menjadi sudah menikah. Tentu motivasi seperti ini sah-sah saja.
Namun, jika motivasinya lebih dari sekedar itu, bisa jadi akan
mendapatkan pertolongan dan kemudahan dari Allah SWT.
Setidaknya ada tiga motivasi besar
seorang muslim / muslimah menikah.
- Untuk menghindarkan diri dari zina.
- Melahirkan generasi Islam yang sholeh dan sholehah.
- Agar bisa berpartisipasi membantu Rosulullah SAW dalam membanggakan jumlah umatnya di hadapan para nabi di yaumil akhir nanti.
Rasulullah SAW bersabda:
“Kawinilah oleh kalian wanita penyayang lagi subur, karena aku akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan para nabi yang lain
pada hari Kiamat kelak” (HR. Ahmad)
Jika ada seseorang yang mengajukan
proposal kepada sebuah lembaga dengan latar belakang pembuatan
proposal kurang kuat, bisa jadi tidak dikabulkan. Pun demikian halnya
dengan motivasi menikah. Harapannya dengan motivasi yang kuat, Allah
SWT mengambulkan harapan mendapatkan jodoh.
Kedua : Pertimbangkan Ulang
Standar Pasangan Idaman. Seorang menikah tentu memiliki
standar kriteria yang diinginkan. Bukan sekedar wanita atau pria.
Gelar, status sosial, usia, suku, penghasilan adalah beberapa
kriteria yang dimiliki. Boleh-boleh saja memiliki kriteria yang
seabrek. Namun, prinsip yang harus diingat adalah, “Semakin banyak
dan ketat kriteria, maka semakin sulit dan kecil peluang mendapatkan
jodoh yang diinginkan”.
Cukuplah kiranya pemahaman agama
dan akhlaq yang bagus dijadikan sebagai kriteria utama yang tidak
boleh ditawar-tawar. Adapun kemapanan ekonomi, tingkat pendidikan,
dan lain sebagainya sebaiknya tidak dijadikan sebagai syarat ketat
pasangan yang diidamkan.
Ada seorang teman yang belum
mendapatkan jodoh. Ternyata salah satu penyebabnya dia mensyaratkan
pasangannya haruslah sama-sama sarjana. Pada saat yang sama ada
seorang yang bersedia menerima suami yang hanya lulusan pondok
pesantren (setingkat SMP). Saat ini mereka hidup bahagia dengan
memiliki banyak anak. Bahkan mereka berdua saat ini telah memiliki
Yayasan Pendidikan di daerah Gresik – Jawa Timur. Tingginya
pendidikan tidak menjadi syarat menggapai kebahagiaan, maka jangan
dijadikan syarat yang ketat dalam memiliki pasangan.
Di dalam kitab an-Nidzomu al-Ijtima'iy Fil Islam (terjemah Sistem Pergaulan dalam Islam hal. 179) disebutkan, “Adapun
masalah Kafaa’ah (Kesederajatan atau kesetaraan) antara
suami dan isteri, hal itu tidak ada dasarnya sama sekali, kecuali
dalam sejumlah hadits palsu. Al-Quran al-Karim sendiri menolaknya,
begitu pula sejumlah hadits sahih. Maka, setiap wanita Muslimah pada
dasarnya pantas untuk pria Muslim manapun. Berbagai perbedaan antara
pria dan wanita dalam masalah harta, pekerjaan, garis keturunan, atau
yang lainnya, tidak ada nilainya sama sekali.”
Ketiga : Mapankan Ekonomi.
Tidak dipungkiri secara umum seorang laki-laki yang memiliki
pekerjaan lebih diminati oleh seorang wanita. Pun sebaliknya. Maka
bagi mereka yang belum memiliki penghasilan hendaknya lebih semangat
lagi dalam mencari nafkah. Setidaknya untuk mencukupi kebutuhan
primer dan sebagian kebutuhan sekunder pasangan hidupnya.
Keempat : Keluarga Membantu
Memperbaiki Status Sosial.
Menikah bukan hanya menyatukan dua
individu, melainkan juga menyatukan dua keluarga. Ada kalanya seorang
pria tidak jadi meminang seorang wanita setelah mengetahui bahwa
keluarganya berasal dari keluarga yang rusak. Atau sebaliknya. Maka
kiranya bagi keluarga yang memiliki anak yang belum menikah agar
memperbaiki reputasi keluarganya di lingkungan masyarakat.
Kelima: Tingkatkan
Penampilan Diri.
Rupawan atau tidak adalah Takdir Allah SWT.
Namun, menjaga kebersihan wajah dan badan, menjaga kerapihan pakaian
dan penampilan adalah pilihan kita. Wajah yang tidak rupawan dan
fisik yang biasa saja dibarengi dengan senantiasa rapih dan bersih
tentu akan meningkatkan daya tawar.
Disamping menjaga kebersihan dan
penampilan, hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan memperbanyak
hafalan ayat dan hadits. Orang yang memiliki banyak hafalan ayat dan
hadits memiliki aura yang berbeda dengan orang yang sedikit atau
tidak memiliki hafalan sama sekali. Bukankah Rosulullah SAW
bersabada, “Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar
hadits dariku, lalu dia menghafalnya – dalam lafazh riwayat lain: lalu
dia memahami dan menghafalnya –, hingga (kemudian) dia menyampaikannya
(kepada orang lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama
menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang
orang yang membawa ilmu agama tidak memahaminya” (Hadits shahih dan mutawatir; diriwayatkan oleh imam Abu Dawud (no. 3660), at-Tirmidzi (no. 2656),
Ibnu Majah (no. 230), ad-Darimi (no. 229), Ahmad (5/183), Ibnu Hibban
(no. 680), ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 4890), dan
imam-imam lainnya.
Keenam : Perbaiki Pemahaman
Agama.
Disamping merupakan suatu kewajiban, memperbaiki
pemahaman agama merupakan langkah efektif untuk mendapatkan jodoh.
Bahkan boleh dibilang ini merupakan salah satu langkah yang paling
penting dan utama.
Point ketiga, keempat, kelima dan
keenam ini didasarkan pada hadits mulia Rosulullah SAW. “Wanita itu
dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya, dan karena agamanya. Utamakanlah karena
agamanya, niscaya engkau akan beruntung” (Muttafaq ‘Alayhi dari
Abu Hurayrah RA)
Ketujuh : Selektif dalam
Memilih Teman dan Lingkungan Pergaulan.
Seringnya seseorang
bergaul dalam lingkungan yang tidak baik. Pergaulan bebas, pakaian
kusam nan tidak terurus. Senantiasa nongkrong dipinggir jalan.
Bergaul dengan orang yang tidak peduli dengan sholat dan ibadah,
tentu akan menjadikan calon-calon mertua mencoret dari daftar calon
menantu yang diidamkan. Oleh karena itu kiranya perlu untuk melakukan
seleksi terhadap teman dan lingkungan pergaulan. Hanya teman yang
berakhlaq baik dan lingkungan yang baik pula yang kemudian kita
pilih.
Kedelapan : Tidak Perlu Malu
untuk Meminta Bantuan Orang Lain Mencarikan Jodoh. Meminta
bantuan orang tua untuk mencarikan jodoh bukanlah aib. Orang tua
dengan pengalamannya memiliki relasi yang lebih luas dibandingkan
dengan sang anak. Tidak jarang terjadi seorang wanita bisa
mendapatkan jodoh karena usaha keras dari orang tua dalam mencarikan
jodoh.
Orang lain yang perlu dimintai
bantuan dalam mencari jodoh adalah seorang Ustadz. Saya pribadi
melakukan langkah ini dan alhamdulillah berhasil. Ustadz yang
memiliki jamaah dan kenalan yang luas, bisa diharap bantuannya dalam
memilihkan jodoh yang ideal.
Dari Abu Hurairah RA dia berkata : RasuluLlah Shallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu suatu kesusahan di dunia, maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari Kiamat. Dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan meringankan (bebabnya) di DUNIA dan di akhirat” [Shahih, HR. Muslim no. 2699]
Cukuplah kiranya hadits tersebut
menjadi dasar langkah kesembilan ini. Semoga dengan banyak membantu
orang lain Allah akan meringakan beban di akherat dan juga di dunia.
Beban belum memiliki jodoh di antaranya.
Membantu anak yatim dan kaum
dhuafa bisa menjadi prioritas dalam membantu orang lain.
Kesepuluh : Dahsyatkan
Kekuatan Doa. Banyak sekali buku yang mengupas bagaimana agar
doa memiliki kekuatan yang dahsyat. Kalau boleh disederhakan kekuatan
doa bertumpu kepada tiga hal. Waktu yang mustajab, tempat yang
mustajab dan kondisi orang yang berdoa. Mengenai waktu, usai sholat
fardlu, di sepertiga malam, di saat menjelang berbuka puasa (baik
wajib maupun sunnah) adalah di antara waktu yang mustajab. Berdoa di
masjid, baitullah, tempat yang suci adalah di antara tempat yang
mustajab. Adapun kehalalan makanan, ketakwaan individu dan keyakinan
terkabulnya doa merupakan diantara faktor yang bisa mendahsyatkan
kekuatan doa dari sisi internal orang yang berdoa.
Untuk mengingkatkan keyakinan akan
terkabulnya doa, silahkan baca dan resapi firman Allah SWT dalam QS
Maryam [19] : 1-9 dan QS Sad [38]: ayat 79-80.
Dalam QS Maryam ayat 1-9 Allah SWT
mengabulkan doa Zakaria untuk mendapatkan keturunan meski usianya
telah lanjut dan istrinya pun mandul. Adapun QS Sad [38] ayat 79-80
memberikan pelajaran kepada kita betapa Allah SWT pernah mengabulkan
keinginan Iblis untuk ditangguhkan. Pada iblis merupakan makhluk
terkutuk, ternyata Allah SWT berkenan memenuhi permintaan tersebut.
InsyaAllah sebanyak apapun dosa kita, asalkan masih beriman kepada
Allah SWT dan Rosulnya, masih jauh lebih mulya dari Iblis. Artinya
peluang untuk dikabulkan doa masih sangat terbuka.
Semoga kesepuluh langkah
ini bisa membantu pembaca dalam mendapatkan jodoh yang diidamkan. Aamiin Ya Robbal 'Alamiin. []Mabsus Abu Fatih